Jumat, 19 April 2013

Tokoh aliran Psikoanalisa, Behaviorisme, dan Humanistik


 KESEHATAN MENTAL
TUGAS 2


gundar
 








OLEH :
FARADINA LESTARI WISSA PUTRI
NPM :12511691
KELAS :2PA06
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS GUNADARMA 2011



1.     Teori Psikoanalisa
Carl Gustav Jung
Tokoh dari Teori Psikoanalisa selain Sigmund Freud yaitu Carl Gustav Jung. Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswill, sebuah kota di Danau Constance Swiss. Jung adalah pencetus ide ketidaksadaran kolektif (collective unconscious). Sistem  psikologinya hampir sama dengan Freud, tapi memiliki beberapa jalan yang berbeda. Dia menyebut sistemnya 'Psikologi analitik' (Analitical Psycology).

Perbedaan Utama pada Teori Libido.  Freud memperlihatkan libido terutama dalam konteks seksual, sedangkan Jung memperlihatkan sex sebagai hanya salah satu bagian penggerak kekuatan dari libido. Jung berpendapat bahwa libido dapat mengekspresikan dirinya salam cara yang lain tergantung dari apa yang paling penting bagi individu pada suatu saat. Jung menolak dasar teorinya sebagai seksual secara eklusif yang memberikannya interpretasi pada kelakuan Feud yang mengekspresikan hanya pada term seksual.

Contoh dari ini adalah selama pase pre-seksual (3-5 tahun pertama) Jung berpendepat energi libido (libidinal energy) merupakan fungsi dari nutrisi dan pertumbuhan, tanpa adanya pengaruh dari libido seksual seperti pada pemikiran Freudian. Dia juga menolak Oedipus complex-nya Freud dan dia lebih berpandangan terhadap penggabungan antara perasaan seksual dengan tendensi pertahanan hidup daripada konsep Freud tentang ketergantungan (misalnya: makanan, kelangsungan hidup) anak yang diperlihatkan pada ibunya. Jung berpendapat bahwa perasaan sexual merupakan faktor yang memberikan kontribusi, tapi bukan faktor yang utama.

Jung sangat menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin ketidaksadaran seseorang bukan berasal dari pengalaman personal, melainkan dari keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran kolektif. Poin penting dari teori Jung adalah kesadaran dan ketidaksadaran personal.
1.      Kesadaran
Menurut Jung, bayangan mengenai kesadaran (conscious) merupakan hal yang dapat dirasakan oleh ego, sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya denga ego.
2.      Ketidaksadaran Personal
Ketidaksadaran Personal (personal conscious) merangkum seluruh pengalaman yang terlupakan, ditekan atau dipersepsikan secara subliminal pada seseorang. Materi ketidaksadaran personal ini disebut dengan kompleks.
3.      Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) sudah mengakar dari masa lalu leluhur seluruh spesies. Hal ini merepresentasikan konsep Jung yang paling kontroversial dan mungkin yang paling penting. Isi fisik yang menyertai ketidaksadaran kolektif diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial.

Buku Schultz "A History OF Modern Psychology" menjelaskan teori ini seperti sekumpulan kepulauan. Pulau-pulau muncul ke permukaan air seperti kedaran individu, dan bagian dataran yang berada dibawah air seperti ketidaksadaran personal.  Bagian dasar yang sangat luas adalah analogi untuk ketidaksadaran kolektif.

Empat Pola Dasar (The Four Archetypes) Jung meperkenalkan ketaksadaran kolektif sebagai pembentuk tendensi pewarisan, yang dinamakannya "archetypes", dan ini adalah  "pre-existing determinants of mental experience" yaitu berarti ketaksadaran kolektif menentukan bagaimana kita berperilaku secara luas.

            Acrhetypes
Arketipe adalah bayangan-bayangan leluhur atau arkaik yang datang dari ketidaksadaran kolektif.

Persona
Merupakan sebuah penutup menyembunyikan orang sebenarnya. Orang menggunakan ini untuk tampil berbeda pada orang-orang tertentu dan pada situasi sosial dimana ia menginginkan interaksi yang lebih baik. Penutupan seringkali tidak merefleksikan kepribadian orang itu sebenernya.

Anima dan Animus
Merupakan karakteristik gender manusia.  Animus berarti karakter maskulin yang ada pada wanita, dan Anima berarti suatu karakteristik wanita (feminim) yang ada pada pria.

Shadow
Merupakan bagian kepribadian yang seperti kepribadian hewan. Pola dasar ini yang memberikan aspek tak bermoral (immoral) pada manusia. Jung mengklain bahwa ketika kita melakukan sesuatu yang 'jelek' maka penyebab perilaku tersebut adalah shadow personality. Intro/Extroversion.

Teori Jung yang paling populer adalah pembagian sifat manusia kedalam sifat introvert dan ekstrovert.

Introversion
Merupakan bagian libido yang mengatur kedalam diri (Inwards). Dengan bagian ini individu mejadi lebih memiliki keinginan untuk berusaha, berinstrospeksi, dan memiliki ketahanan terhadap pengaruh dari luar. pengaruh dari luar. Kurang percaya diri ketika berhubungan dengan dunia luar dan cenderung menjadi malu atau anti-sosial.

Extroverted
Merupakan libido yang mengatur keluar dari diri manusia, kejadian dan situasi tertentu. Seseorang yang bertipe ini memiliki pengaruh yang sangat kuat  pada lingkungannya dan sangat berdifat sosial, memiliki kepercayaan diri yang baik pada banyak situasi.
Jung percaya bahwa kedua sisi tersebut ada pada individu secara luas, dan kita tidak mungkin menemukan seseorang yang yang introvert total atau extrovert total. Faktor-faktor eksternal cenderung memiliki pengaruh yang besar pada sisi dominan mana yang akan muncul dan seberapa besar sisi kepribadian tersebut  mendominasi seseorang. Sebagai contoh, orang yang secara normal pemalu bisa menjadi extrovert pada situasi ketika dia merasa benar-benar tertarik dan merasa nyaman.

2.     Teori Humanistik
Abraham Maslow
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada 1908 dan wafat pada 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak menyenangkan karena hubungan yang buruk dengan kedua orang tuanya. Semasa anak-anak dan remaja Maslow merasa dirinya amat menderita dengan perlakuan orangtuanya, terutama ibunya.
Keluarga Maslow amat berharap ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang hukum tapi gagal. Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dan memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan PhD pada 1934.
Karya Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis/ dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
3. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
3. Teori Behaviourisme
Burrhus Frederic Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas sebagai ibu rumah tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).
B.F. Skinner berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Asumsi Dasar
Skinner memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun teorinya:
  1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
  2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
  3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
Skinner juga menekankan mengenai functional analysis of behavior yaitu analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol atas events ini membuat kita dapat mengontrol perilaku.
Tipe Perilaku
Skinner mengajukan dua klasifikasi dasar dari perilaku: operants dan respondents. Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seekor tikus lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.
Variasi dalam Intensitas Perilaku
Adanya intensitas perilaku yang bervariasi disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan (environmental variable), misalnya pada dua orang yang mengkonsumsi makanan dengan kuantitas berbeda. Hal ini bukan berarti kedua orang tersebut memiliki dorongan makan berbeda. Untuk menganalisanya perlu dilihat variable lingkungannya, seperti jangka waktu dari makan ke makan berikutnya.
Peramalan dan Perubahan Perilaku
Menurut Skinner, cara efektif untuk meramal dan merubah perilaku adalah dengan menguatkan (to reinforce). Untuk itu, perlu diketahui hal-hal berikut:
1. Prinsip-prinsip pengkondisian dan belajar.
2. Penguatan dan pembentukan perilaku
3. Generalisasi dan diskriminasi stimulus
PRINSIP-PRINSIP PENGKONDISIAN DAN BELAJAR
Ada dua prinsip dasar dari pengkondisian, yaitu pengkondisian klasikal dan pengkondisian operant/instrumetal.
1. Pengkondisian klasikal (classical conditioning)
Prinsip ini pertama kali diusulkan oleh Ivan Pavlov yang pada dasarnya mengatakan bahwa sebuah stimulus yang memunculkan sebuah respon dipasangkan dengan stimulus lain yang pada saatnya nanti menghasilkan respon yang sama. Dengan kata lain, kita dapat menyebut bahwa operasi dan respon kedua dikondisikan untuk terjadi. Mari kita ambil contoh dengan mengobservasi anjing. Ketika ditampilkan sepotong daging, anjing mulai mengeluarkan air liur. Sekarang kita coba bunyikan bel sesaat kita tampilkan daging. Pada awalnya, anjing mengeluarkan air liur hanya saat daging ditampilkan. Namun setelah beberapa kali penampilan, anjing tersebut akan mengeluarkan air liur saat bel dibunyikan (sebelum daging ditampilkan). Agen penguat di sini adalah daging yang berfungsi sebagai penguat positif karena penampilan daging meningkatkan kesempatan respon yang diinginkan untuk muncul.
Lalu apa yang terjadi jika kita menghentikan penampilan daging dan hanya membunyikan bel? Untuk sesaat, anjing tetap akan mengeluarkan air liur terhadap bel, namun lama kelamaan akan terus berkurang hingga akhirnya berhenti mengeluarkan air liur. Proses tersebut dinamakan extinction (pemusnahan). Hal tersebut menunjukkan perlunya melanjutkan penguatan, karena tanpa penguatan (paling tidak saat-saat tertentu), perilaku yang tidak otomatis (bukan refleks) akan menghilang perlahan.
2. Pengkondisian operan/instrumental
Pengkondisian ini pertama kali diselidiki secara sistematis oleh E. L. Thorndike. Teori Skinner berusaha menegakkan tingkah laku lewat studi mengenai belajar secara operan. Suatu operan adalah memancarkan, artinya suatu organisme melakukan sesuatu tanpa perlu adanya stimulus yang mendorong. Suatu reaksi sebagai kontras dari responden, yaitu suatu tingkah laku yang dipelajari dengan teknik pengkondisian Pavlovian. Operan dapat dipelajari bebas dari kondisi-kondisi perangsang yang membangkitkan. Organisme selalu dalam proses “operating” dalam lingkungannya. Artinya organisme tersebut selalu melakukan apa yang dilakukannya. Selama “operating”, organisme tersebut akan bertemu dengan stimulus-stimulus, yang disebut reinforcing stimulus (stimulus penguat).
Stimulus-stimulus tersebut mempunyai pengaruh dalam menguatkan “operant” – tingkah laku yang muncul sebelum reinforcer. Jadi yang dimaksud dengan operant conditioning adalah sebuah tingkah laku diikuti dengan sebuah konsekuensi, dan konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat merubah kecenderungan organisme untuk mengulang tingkah laku tersebut di masa datang.
Sebagai contoh, coba bayangkan seekor tikus di dalam kandang, yang disebut Kotak Skinner. Kandang tersebut mempunyai suatu pedal pada salah satu temboknya yang bila ditekan maka dapat melepaskan makanan ke dalamnya. Kemudian tikus tersebut berjalan mengelilingi kandang dan tanpa sengaja menekan pedal, sehingga mengakibatkan munculnya makanan. Kejadian tersebut membuat tikus selalu berusaha menekan pedal dan mengumpulkan makanan yang muncul di sudut kandang. Eksperimen pada tikus membuktikan bahwa suatu tingkah laku yang diikuti oleh stimulus penguat akan meningkatkan kemungkinan munculnya kembali tingkah laku tersebut di masa depan.
PENGUATAN DAN PEMBENTUKAN PERILAKU (SHAPING)
Jika dilakukan dengan seksama, reinforcement (penguatan) dapat membuat kita membentuk perilaku dari organisme sehingga dapat memunculkan perilaku yang diinginkan (dengan proses belajar operant).Hal tersebut dapat dilihat dari eksperimen Skinner yang terkenal yaitu melatih merpati untuk mematuk selain makanan (dalam hal ini adalah disk ringan). Eksperimen ini dumulai ketika seekor merpati lapar diletakkan dalam Kotak Skinner. Disk dan kotaknya diberi kawat yang memungkinkan respon direkam dan makanan dikirim ketika merpati mematuk disknya.
Agar merpati mematuk disk untuk pertama kalinya, kita harus membentuk perilaku dengan catatan mematuk disk merah di dinding bukan merupakan perilaku normal atau repertoar dari merpati pada umumnya. Karena itu, kita mulai dengan me-reinforce perilaku yang makin lama makin mendekati perilaku mematuk disk. Pertama-tama kita latih burung makan dari hopper, kemudian kita tampilkan makanan hanya ketika burung mendekati disk (dan hopper). Setelah itu kita reinforce burung hanya ketika kepalanya berada pada posisi yang paling dekat dengan disk, lalu hanya ketika paruhnya dalam posisi terdekat dengan disk, dan seterusnya. Akhirnya, ketika merpati mematuk disk untuk pertama kalinya, kita langsung berikan makanan. Dari sana, merpati akan terus menerus mematuk dan kita juga terus memberikan makanan. Dalam waktu singkat, perilaku mematuk akan terjadi dengan cepat.
Hal di atas menunjukkan penjadwalan continuous reinforcement, yaitu penjadwalan dalam hal tiap kali respon yang benar diberi penguat. Dengan hal tersebut akan didapatkan perilaku yang diinginkan. Jika kita berhentikan pemberian penguatan (makanan) kapan saja, maka perilaku mematuk akan menurun dan lama-kelamaan menghilang. Namun kita juga dapat terus memberi makanan sebagai penguat dengan waktu yang tidak ditentukan (occasionally). Kita dapat memberi makanan dalam jadwal fixed interval, misalnya tiap 5 detik sekali. Atau kita juga dapat menggunakan variable interval, dengan memberi makanan dalam interval waktu yang acak dengan rata-rata yang tetap. Jadi kita dapat memberi penguatan pada merpati setelah 3 detik, kemudian setelah 6 detik, kemudian setelah 4 detik, dan seterusnya, dengan interval rata-rata sekitar 5 detik.
Dalam kondisi fixed maupun variable interval, merpati akan berespon mematuk secara berkelanjutan. Meskipun sebagian besar patukan tidak diberi penguat, namun secara rata-rata patukan tersebut akan terus bertahan. Dengan jadwal variable interval, respon rata-rata patukan stabil. Dengan jadwal fixed interval, patukan akan menurun perlahan mengikuti penguatan dan akan naik lagi mendekati penguatan yang akan dilakukan. Ketika kita akan menghilangkan respon yang dikondisikan oleh penguatan interval, respon tersebut akan menghilang lebih lambat daripada yang dikondisikan oleh penguatan continuous.
Kita dapat mendapatkan respon yang lebih tahan dari pemusnahan (extinction) dengan menggunakan jadwal penguatan sebagai fungsi dari perilaku organisme itu sendiri. Contohnya, dengan menggunakan fixed ratio, kita dapat menguatkan perilaku tiap 10 patukan, 20 patukan, atau berapapun angka dari merpati tersebut. Dengan jadwal variable ratio, jika kita beri penguat rata-rata tiap 5 patukan, maka kita beri penguat pada patukan ke-3, patukan ke-8, dst.
Resistensi terhadap pemusnahan paling besar di penjadwalan penguatan ratio terjadi pada variable ratio dan disusul fixed ratio. Penjadwalan interval adalah penjadwalan yang lebih buruk resistensinya terhadap pemusnahan, dengan catatan resistensi fixed interval lebih buruk daripada variable interval. Resistensi yang paling buruk terjadi pada penjadwalan berkelanjutan (continous).
Dalam kasus merpati di atas, Skinner menyebut makanan, selain air, sebagai unconditioned atau primary reinforcer (penguat utama). Namun perilaku manusia pada umumnya juga bergantung pada conditioned atau secondary reinforces (penguatan sekunder/tambahan) yang dipasangkan dengan penguat utama dan dapat pada perilaku manusia (contohnya uang).
GENERALISASI DAN DISKRIMINASI
Dua fenomena besar dari sistem Skinner merupakan penemuan penting sebagai alat pembelajaran. Fenomena yang dimaksud adalah generalization (generalisasi) dan discrimination (diskriminasi). Dengan proses generalisasi stimulus, organisme akan dapat membuat respon yang sama terhadap satu situasi ketika dia dihadapkan pada situasi yang lain namun hampir mirip dengan situasi sebelumnya. Dengan proses diskriminasi stimulus, organisme dapat membedakan mana situasi yang diberi penguat dan yang tidak, sehingga organisme akan berespon hanya pada situasi tertentu saja.
Perilaku Sosial
Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas mengenai persoality traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik yang cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu.
Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Penguatan tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.
Perilaku Abnormal
Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perilaku normal. Lebih jauh, ia mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah menjadi perilaku normal dengan memanipulasi lingkungan. Salah satu contohnya adalah dalam kasus yang terjadi pada seorang tentara yang terluka di medan perang. Setelah menjalani perawatan di rumah sakit lalu dikirim kembali ke medan perang, ia mengalami kelumpuhan pada satu lengannya yang membuatnya ditarik dari tugas. Pemeriksaan secara fisiologis menunjukkan tidak ada masalah pada dirinya.
Skinner mengungkapkan bahwa kondisi terluka telah menjadi negative reinforcer, yaitu sebuah stimulus yang tidak disukai yang akan berusaha untuk dihindari oleh tentara tersebut. Medan perang yang telah diasosiasikan dengan luka adalah sebuah conditioned negative reinforcer, sehingga sang tentara akan berusaha juga untuk menghindarinya. Namun demikian, ketika menolak untuk dikirim berperang, maka dirinya akan menghadapi penolakan sosial, pengadilan, dan mungkin penjara atau bahkan kematian, yang kesemuanya adalah konsekuensi aversive. Hasilnya, muncul beberapa perilaku yang menghubungkan kedua conditioned negative reinforcer tadi. Perilaku tersebut akan menguat dan dipertahankan, karena pada umumnya seorang tentara tidak dikenakan tanggung jawab ketika dirinya mengalami kelumpuhan sehingga dirinya tidak akan dihukum.
Lalu bagaimana kita menyembuhkan tentara tersebut? Secara teoritis, jika da dikembalkan ke medan perang (conditioned renforcer) dengan tidak terluka lagi (unconditioned reinforcer), respon terkondisinya (kelumpuhan) akan hilang. Namun demikian, si tentara tentunya tidak akan mau kembali ke medan perang secara sukarela. Kita dapat mendorong dia untuk kembali dan berharap bahwa berada dalam situasi aversive tanpa konsekunsi aversive yang dialami sebelumnya akan menghilangkan respon dia terhadap kelumpuhan. Prosedur ini disebut dengan flooding, yang dilakukan dengan cara mendorong pasien ke dalam situasi anxiety-arousing dan menghadapinya, hingga dirinya sadar bencana yang diharapkan muncul tidak akan terjadi.
METODE PENELITIAN DAN PENEKANAN
Penelitian Skinner menyimpang dari norma penelitian psikologi kontemporer dengan beberapa cara: Pertama, Skinner terfokus pada event perilaku yang paling sederhana. Kedua, dia bersikeras bahwa kondisi eksperimen dikontrol dan respon subjek direkam secara otomatis. Dan ketiga, dia membuat studi intensif pada satu subjek individu daripada meneliti sebuah kelompok. Bagi Skinner, tujuan psikolog adalah untuk mengontrol perilaku individu. Peneliti yang bekerja dengan sejumlah besar binatang perlu memperhatikan variabel tak terkontrolnya sepanjang hal ini tersebar secara acak. Namun Skinner percaya bahwa seperti halnya variabel lain, variabel tak terkontrol juga harus dipelajari. Jika kita ingin mengontrol perilaku, kita juga harus mngetahui variabel apa sajakah yang tidak terkontrol tersebut agar dapat dikontrol juga.
EFEK OBAT DALAM TINGKAH LAKU
Metodologi Skinner dan Kotak Skinner telah dibuktikan sebagai alat untuk mempelajari efek perilaku terhadap berbagai macam agen farmatologi. Satu obat yang telah diselidiki secara ekstensif dengan metode Skinnerian adalah chlorpromazine, yaitu agent anti-kecemasan yang digunakan dalam penanganan psikosis. Dari hasil penelitian terhadap tikus didapat bahwa obat ini mengurangi rasa takut (fear), dan kemudian telah diasumsikan bahwa obat ini juga memiliki efek bila diberikan pada penderita schizophren. Obat ini juga berfungsi sebagai depresan, yang mereduksi semua bentuk respon, tidak hanya respon pada ketakutan.
INTERVENSI TINGKAH LAKU PADA PASIEN PSIKIATRIK
Pada awal 60-an, Ayllon dan Azrin (1965, 1968) mengembangkan sebuah metode yang disebut dengan token economy, yaitu sebuah teknik berdasarkan prinsip-prinsip pengkondisian operan. Token ekonomi didesain bagi pasien penyakit mental agar menghasilkan perilaku yang diinginkan. Conditioned reinforcer dalam bentuk token diberikan pada pasien yang memunculkan respon yang diinginkan seperti memakai baju sendiri, makan tanpa bantuan, atau menyelesakan tugas secara baik. Token-token ini nantinya dapat ditukar untuk mendapatkan primary reinforcer, yaitu sesuatu yang diinginkan dan dinikmati orang lain seperti: baju baru, interaksi sosial, kosmetik, menonton film, dll.
Token ekonomi telah digunakan dalam berbagai macam situasi, seperti penanganan anak autis, orang yang mengalami perkembangan tidak normal, bahkan pada orang normal sekalipun. Teknik ini telah dibuktikan sukses dalam menghasilkan bentuk perilaku yang diinginkan.
EVALUASI
Pendekatan Skinner telah diaplikasikan dalam berbagai masalah-masalah praktis, seperti dalam pendidikan, industri, profesi, dan pelatihan binatang. Asumsi Skinner tentang ”lawfulness” tidak sejalan dalam psikologi. Namun jadwal penguatan yang dia ajukan merupakan temuan penting bagi teori belajar dan peneliti kepribadian.
Karena Skinner menolak untuk menyimpulkan mekanisme atau proses yang tidak terobservasi, dia mengalami kesulitan dalam menggambarkan situasi di luar laboratorium. Para psikolog holistik merasa bahwa pendekatan Skinner mengabaikan kompleksitas perilaku makhluk hidup. Kritik lain mengatakan bahwa situasi sederhana yang diteliti Skinner tidak akan terjadi di luar laboratoriumnya. Selain itu, ada kritik yang merasa keberatan dengan hukum perilaku yang pada akhirnya tidak melihat perbedaan spesies secara terpisah.



0 komentar:

Posting Komentar

 

Faradina Lestari Wissa Putri Template by Ipietoon Cute Blog Design and Homestay Bukit Gambang

Blogger Templates