KESEHATAN
MENTAL
TUGAS 2
OLEH :
FARADINA LESTARI WISSA PUTRI
NPM :12511691
KELAS :2PA06
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA 2011
1. Teori Psikoanalisa
Carl Gustav Jung
Tokoh
dari Teori Psikoanalisa selain Sigmund Freud yaitu Carl Gustav Jung. Carl
Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswill, sebuah kota di Danau
Constance Swiss. Jung adalah pencetus ide ketidaksadaran
kolektif (collective unconscious). Sistem psikologinya hampir sama dengan
Freud, tapi memiliki beberapa jalan yang berbeda. Dia menyebut sistemnya
'Psikologi analitik' (Analitical Psycology).
Perbedaan Utama pada Teori Libido.
Freud memperlihatkan libido terutama dalam konteks seksual, sedangkan Jung
memperlihatkan sex
sebagai hanya salah satu bagian penggerak kekuatan dari libido. Jung
berpendapat bahwa libido dapat mengekspresikan dirinya salam cara yang lain
tergantung dari apa yang paling penting bagi individu pada suatu saat. Jung
menolak dasar teorinya sebagai seksual secara eklusif yang memberikannya
interpretasi pada kelakuan Feud yang mengekspresikan hanya pada term seksual.
Contoh dari ini adalah selama pase
pre-seksual (3-5 tahun pertama) Jung berpendepat energi libido (libidinal
energy) merupakan fungsi dari nutrisi dan pertumbuhan, tanpa adanya pengaruh
dari libido seksual seperti pada pemikiran Freudian. Dia juga menolak Oedipus
complex-nya Freud dan dia lebih berpandangan terhadap penggabungan antara
perasaan seksual dengan tendensi pertahanan hidup daripada konsep Freud tentang
ketergantungan (misalnya: makanan, kelangsungan hidup) anak yang diperlihatkan
pada ibunya. Jung berpendapat bahwa perasaan sexual merupakan faktor yang
memberikan kontribusi, tapi bukan faktor yang utama.
Jung sangat menekankan bahwa bagian yang
paling penting dari labirin ketidaksadaran seseorang bukan berasal dari
pengalaman personal, melainkan dari keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini
yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran kolektif. Poin penting dari
teori Jung adalah kesadaran dan ketidaksadaran personal.
1.
Kesadaran
Menurut
Jung, bayangan mengenai kesadaran (conscious) merupakan hal yang dapat
dirasakan oleh ego, sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya denga
ego.
2.
Ketidaksadaran Personal
Ketidaksadaran
Personal (personal conscious) merangkum seluruh pengalaman yang
terlupakan, ditekan atau dipersepsikan secara subliminal pada seseorang. Materi
ketidaksadaran personal ini disebut dengan kompleks.
3.
Ketidaksadaran Kolektif
Ketidaksadaran
kolektif (collective unconscious) sudah mengakar dari masa lalu leluhur
seluruh spesies. Hal ini merepresentasikan konsep Jung yang paling
kontroversial dan mungkin yang paling penting. Isi fisik yang menyertai
ketidaksadaran kolektif diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya
sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial.
Buku Schultz "A History OF Modern
Psychology" menjelaskan teori ini seperti sekumpulan kepulauan.
Pulau-pulau muncul ke permukaan air seperti kedaran individu, dan bagian
dataran yang berada dibawah air seperti ketidaksadaran personal. Bagian
dasar yang sangat luas adalah analogi untuk ketidaksadaran kolektif.
Empat Pola Dasar (The Four Archetypes)
Jung meperkenalkan ketaksadaran kolektif sebagai pembentuk tendensi pewarisan,
yang dinamakannya "archetypes", dan ini adalah
"pre-existing determinants of mental experience" yaitu berarti
ketaksadaran kolektif menentukan bagaimana kita berperilaku secara luas.
Acrhetypes
Arketipe
adalah bayangan-bayangan leluhur atau arkaik yang datang dari ketidaksadaran
kolektif.
Persona
Merupakan
sebuah penutup menyembunyikan orang sebenarnya. Orang menggunakan ini untuk
tampil berbeda pada orang-orang tertentu dan pada situasi sosial dimana ia
menginginkan interaksi yang lebih baik. Penutupan seringkali tidak
merefleksikan kepribadian orang itu sebenernya.
Anima dan Animus
Merupakan
karakteristik gender manusia. Animus berarti karakter maskulin yang ada
pada wanita, dan Anima berarti suatu karakteristik wanita (feminim) yang ada
pada pria.
Shadow
Merupakan
bagian kepribadian yang seperti kepribadian hewan. Pola dasar ini yang
memberikan aspek tak bermoral (immoral) pada manusia. Jung mengklain bahwa
ketika kita melakukan sesuatu yang 'jelek' maka penyebab perilaku tersebut
adalah shadow personality. Intro/Extroversion.
Teori
Jung yang paling populer adalah pembagian sifat manusia kedalam sifat introvert
dan ekstrovert.
Introversion
Merupakan
bagian libido yang mengatur kedalam diri (Inwards). Dengan bagian ini individu
mejadi lebih memiliki keinginan untuk berusaha, berinstrospeksi, dan memiliki
ketahanan terhadap pengaruh dari luar. pengaruh dari luar. Kurang percaya diri
ketika berhubungan dengan dunia luar dan cenderung menjadi malu atau
anti-sosial.
Extroverted
Merupakan
libido yang mengatur keluar dari diri manusia, kejadian dan situasi tertentu.
Seseorang yang bertipe ini memiliki pengaruh yang sangat kuat pada
lingkungannya dan sangat berdifat sosial, memiliki kepercayaan diri yang baik
pada banyak situasi.
Jung
percaya bahwa kedua sisi tersebut ada pada individu secara luas, dan kita tidak
mungkin menemukan seseorang yang yang introvert total atau extrovert total.
Faktor-faktor eksternal cenderung memiliki pengaruh yang besar pada sisi
dominan mana yang akan muncul dan seberapa besar sisi kepribadian
tersebut mendominasi seseorang. Sebagai contoh, orang yang secara normal
pemalu bisa menjadi extrovert pada situasi ketika dia merasa benar-benar
tertarik dan merasa nyaman.
2. Teori Humanistik
Abraham Maslow
Abraham
Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada 1908 dan wafat pada 1970 dalam
usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga yahudi dan merupakan anak
tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak
menyenangkan karena hubungan yang buruk dengan kedua orang tuanya. Semasa
anak-anak dan remaja Maslow merasa dirinya amat menderita dengan perlakuan
orangtuanya, terutama ibunya.
Keluarga
Maslow amat berharap ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk
menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang hukum tapi gagal.
Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dan
memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan PhD pada 1934.
Karya Maslow
Abraham
Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah
aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap
behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan
perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam
pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat
Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi
menjadi komponen-komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang
unik di dalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan
kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan
dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat intensional,
mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
Pendekatan
humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan
tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Maslow
percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa
mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori
tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki
kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis/ dasar
2. Kebutuhan akan rasa aman dan
tentram
3. Kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi
4. Kebutuhan untuk dihargai
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
3. Teori Behaviourisme
Burrhus Frederic
Skinner
Burrhus
Frederic Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania
Susquehanna. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas
sebagai ibu rumah tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya
sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat
dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner
mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded
Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai
profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca
sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh
MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi
kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian,
tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di
Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang
yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian,
membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses
sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi
terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18
Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia
Seperti
halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan
behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner
menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam
perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning.
Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun
1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil
konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental
Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika
(Sahakian,1970).
B.F. Skinner
berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model
instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant
conditioning. Di mana seorang dapat mengontrol tingkah laku organisme
melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif
besar. Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada
conditioning klasik.
Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (
penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner
membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam
laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang
disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan
yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur
nyalanya, dan lantai yang dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus
berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari
untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara
terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.
Berdasarkan
berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner mengatakan bahwa
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan
yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi
penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan
positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan
negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Asumsi Dasar
Skinner memiliki tiga asumsi dasar dalam membangun
teorinya:
- Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
- Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
- Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
Skinner juga
menekankan mengenai functional analysis of behavior yaitu analisis
perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri
(seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat
dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam
kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol atas events ini membuat kita dapat mengontrol perilaku.
Tipe Perilaku
Skinner mengajukan dua klasifikasi dasar dari
perilaku: operants dan respondents. Operant adalah sesuatu
yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk menghilangkan
stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seekor tikus lari keluar dari
labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah
sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuah respondent
sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya, seekor anjing yang
mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang
yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.
Variasi dalam Intensitas Perilaku
Adanya intensitas perilaku yang bervariasi
disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan (environmental variable),
misalnya pada dua orang yang mengkonsumsi makanan dengan kuantitas berbeda. Hal
ini bukan berarti kedua orang tersebut memiliki dorongan makan berbeda. Untuk
menganalisanya perlu dilihat variable lingkungannya, seperti jangka waktu dari
makan ke makan berikutnya.
Peramalan
dan Perubahan Perilaku
Menurut Skinner, cara efektif untuk meramal dan
merubah perilaku adalah dengan menguatkan (to reinforce). Untuk itu,
perlu diketahui hal-hal berikut:
1. Prinsip-prinsip pengkondisian dan belajar.
2. Penguatan
dan pembentukan perilaku
3.
Generalisasi dan diskriminasi stimulus
PRINSIP-PRINSIP
PENGKONDISIAN DAN BELAJAR
Ada dua prinsip dasar dari pengkondisian, yaitu
pengkondisian klasikal dan pengkondisian operant/instrumetal.
1.
Pengkondisian klasikal (classical conditioning)
Prinsip ini
pertama kali diusulkan oleh Ivan Pavlov yang pada dasarnya mengatakan bahwa
sebuah stimulus yang memunculkan sebuah respon dipasangkan dengan stimulus lain
yang pada saatnya nanti menghasilkan respon yang sama. Dengan kata lain, kita
dapat menyebut bahwa operasi dan respon kedua dikondisikan untuk terjadi. Mari
kita ambil contoh dengan mengobservasi anjing. Ketika ditampilkan sepotong daging,
anjing mulai mengeluarkan air liur. Sekarang kita coba bunyikan bel sesaat kita
tampilkan daging. Pada awalnya, anjing mengeluarkan air liur hanya saat daging
ditampilkan. Namun setelah beberapa kali penampilan, anjing tersebut akan
mengeluarkan air liur saat bel dibunyikan (sebelum daging ditampilkan). Agen
penguat di sini adalah daging yang berfungsi sebagai penguat positif karena
penampilan daging meningkatkan kesempatan respon yang diinginkan untuk muncul.
Lalu apa
yang terjadi jika kita menghentikan penampilan daging dan hanya membunyikan
bel? Untuk sesaat, anjing tetap akan mengeluarkan air liur terhadap bel, namun
lama kelamaan akan terus berkurang hingga akhirnya berhenti mengeluarkan air
liur. Proses tersebut dinamakan extinction (pemusnahan). Hal tersebut
menunjukkan perlunya melanjutkan penguatan, karena tanpa penguatan (paling
tidak saat-saat tertentu), perilaku yang tidak otomatis (bukan refleks) akan
menghilang perlahan.
2.
Pengkondisian operan/instrumental
Pengkondisian ini pertama kali diselidiki secara
sistematis oleh E. L. Thorndike. Teori Skinner berusaha menegakkan tingkah laku
lewat studi mengenai belajar secara operan. Suatu operan adalah memancarkan,
artinya suatu organisme melakukan sesuatu tanpa perlu adanya stimulus yang
mendorong. Suatu reaksi sebagai kontras dari responden, yaitu suatu tingkah
laku yang dipelajari dengan teknik pengkondisian Pavlovian. Operan dapat
dipelajari bebas dari kondisi-kondisi perangsang yang membangkitkan. Organisme
selalu dalam proses “operating” dalam lingkungannya. Artinya organisme tersebut
selalu melakukan apa yang dilakukannya. Selama
“operating”, organisme tersebut akan bertemu dengan stimulus-stimulus, yang
disebut reinforcing stimulus (stimulus penguat).
Stimulus-stimulus tersebut mempunyai pengaruh dalam
menguatkan “operant” – tingkah laku yang muncul sebelum reinforcer. Jadi
yang dimaksud dengan operant conditioning adalah sebuah tingkah laku
diikuti dengan sebuah konsekuensi, dan konsekuensi-konsekuensi tersebut dapat
merubah kecenderungan organisme untuk mengulang tingkah laku tersebut di masa
datang.
Sebagai contoh, coba bayangkan seekor tikus di
dalam kandang, yang disebut Kotak Skinner. Kandang tersebut mempunyai suatu
pedal pada salah satu temboknya yang bila ditekan maka dapat melepaskan makanan
ke dalamnya. Kemudian tikus tersebut berjalan mengelilingi kandang dan tanpa
sengaja menekan pedal, sehingga mengakibatkan munculnya makanan. Kejadian
tersebut membuat tikus selalu berusaha menekan pedal dan mengumpulkan makanan
yang muncul di sudut kandang. Eksperimen pada tikus membuktikan bahwa suatu
tingkah laku yang diikuti oleh stimulus penguat akan meningkatkan kemungkinan
munculnya kembali tingkah laku tersebut di masa depan.
PENGUATAN DAN PEMBENTUKAN PERILAKU (SHAPING)
Jika dilakukan dengan seksama, reinforcement
(penguatan) dapat membuat kita membentuk perilaku dari organisme sehingga dapat
memunculkan perilaku yang diinginkan (dengan proses belajar operant).Hal
tersebut dapat dilihat dari eksperimen Skinner yang terkenal yaitu melatih merpati
untuk mematuk selain makanan (dalam hal ini adalah disk ringan). Eksperimen ini
dumulai ketika seekor merpati lapar diletakkan dalam Kotak Skinner. Disk
dan kotaknya diberi kawat yang memungkinkan respon direkam dan makanan dikirim
ketika merpati mematuk disknya.
Agar merpati mematuk disk untuk pertama kalinya,
kita harus membentuk perilaku dengan catatan mematuk disk merah di dinding
bukan merupakan perilaku normal atau repertoar dari merpati pada umumnya.
Karena itu, kita mulai dengan me-reinforce perilaku yang makin lama
makin mendekati perilaku mematuk disk. Pertama-tama kita latih burung makan
dari hopper, kemudian kita tampilkan makanan hanya ketika burung
mendekati disk (dan hopper). Setelah itu kita reinforce burung
hanya ketika kepalanya berada pada posisi yang paling dekat dengan disk, lalu
hanya ketika paruhnya dalam posisi terdekat dengan disk, dan seterusnya.
Akhirnya, ketika merpati mematuk disk untuk pertama kalinya, kita langsung
berikan makanan. Dari sana, merpati akan terus menerus mematuk dan kita juga
terus memberikan makanan. Dalam waktu singkat, perilaku mematuk akan terjadi
dengan cepat.
Hal di atas menunjukkan penjadwalan continuous
reinforcement, yaitu penjadwalan dalam hal tiap kali respon yang benar
diberi penguat. Dengan hal tersebut akan didapatkan perilaku yang diinginkan.
Jika kita berhentikan pemberian penguatan (makanan) kapan saja, maka perilaku
mematuk akan menurun dan lama-kelamaan menghilang. Namun kita juga dapat terus
memberi makanan sebagai penguat dengan waktu yang tidak ditentukan (occasionally).
Kita dapat memberi makanan dalam jadwal fixed interval, misalnya tiap 5
detik sekali. Atau kita juga dapat menggunakan variable interval, dengan
memberi makanan dalam interval waktu yang acak dengan rata-rata yang tetap. Jadi
kita dapat memberi penguatan pada merpati setelah 3 detik, kemudian setelah 6
detik, kemudian setelah 4 detik, dan seterusnya, dengan interval rata-rata
sekitar 5 detik.
Dalam kondisi fixed maupun variable
interval, merpati akan berespon mematuk secara berkelanjutan. Meskipun
sebagian besar patukan tidak diberi penguat, namun secara rata-rata patukan
tersebut akan terus bertahan. Dengan jadwal variable interval,
respon rata-rata patukan stabil. Dengan jadwal fixed interval, patukan
akan menurun perlahan mengikuti penguatan dan akan naik lagi mendekati
penguatan yang akan dilakukan. Ketika kita akan menghilangkan respon yang
dikondisikan oleh penguatan interval, respon tersebut akan menghilang lebih
lambat daripada yang dikondisikan oleh penguatan continuous.
Kita dapat mendapatkan respon yang lebih tahan dari
pemusnahan (extinction) dengan menggunakan jadwal penguatan sebagai
fungsi dari perilaku organisme itu sendiri. Contohnya, dengan menggunakan fixed
ratio, kita dapat menguatkan perilaku tiap 10 patukan, 20 patukan, atau
berapapun angka dari merpati tersebut. Dengan jadwal variable ratio,
jika kita beri penguat rata-rata tiap 5 patukan, maka kita beri penguat pada
patukan ke-3, patukan ke-8, dst.
Resistensi terhadap pemusnahan paling besar di
penjadwalan penguatan ratio terjadi pada variable ratio dan disusul fixed
ratio. Penjadwalan interval adalah penjadwalan yang lebih buruk
resistensinya terhadap pemusnahan, dengan catatan resistensi fixed interval
lebih buruk daripada variable interval. Resistensi yang paling buruk
terjadi pada penjadwalan berkelanjutan (continous).
Dalam kasus merpati di atas, Skinner menyebut
makanan, selain air, sebagai unconditioned atau primary reinforcer (penguat
utama). Namun perilaku manusia pada umumnya juga bergantung pada conditioned
atau secondary reinforces (penguatan sekunder/tambahan) yang dipasangkan
dengan penguat utama dan dapat pada perilaku manusia (contohnya uang).
GENERALISASI DAN DISKRIMINASI
Dua fenomena besar dari sistem Skinner merupakan
penemuan penting sebagai alat pembelajaran. Fenomena yang dimaksud adalah generalization
(generalisasi) dan discrimination (diskriminasi). Dengan proses
generalisasi stimulus, organisme akan dapat membuat respon yang sama terhadap
satu situasi ketika dia dihadapkan pada situasi yang lain namun hampir mirip
dengan situasi sebelumnya. Dengan proses diskriminasi stimulus, organisme dapat
membedakan mana situasi yang diberi penguat dan yang tidak, sehingga organisme
akan berespon hanya pada situasi tertentu saja.
Perilaku Sosial
Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner
tidak membahas mengenai persoality traits atau karakteristik yang
dimiliki seseorang. Bagi Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam
kelompok atau respon spesifik yang cenderung diasosiasikan dalam situasi
tertentu.
Bagi Skinner, respon muncul karena adanya
penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka
ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon
tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Penguatan
tersebut akan berlangsung stabil dan menghasilkan perilaku yang menetap.
Perilaku Abnormal
Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal
berkembang dengan prinsip yang sama dengan perilaku normal. Lebih jauh, ia
mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah menjadi perilaku normal dengan
memanipulasi lingkungan. Salah satu contohnya adalah dalam kasus yang terjadi
pada seorang tentara yang terluka di medan perang. Setelah menjalani perawatan
di rumah sakit lalu dikirim kembali ke medan perang, ia mengalami kelumpuhan
pada satu lengannya yang membuatnya ditarik dari tugas. Pemeriksaan secara
fisiologis menunjukkan tidak ada masalah pada dirinya.
Skinner mengungkapkan bahwa kondisi terluka telah
menjadi negative reinforcer, yaitu sebuah stimulus yang tidak disukai
yang akan berusaha untuk dihindari oleh tentara tersebut. Medan perang yang
telah diasosiasikan dengan luka adalah sebuah conditioned negative
reinforcer, sehingga sang tentara akan berusaha juga untuk menghindarinya. Namun
demikian, ketika menolak untuk dikirim berperang, maka dirinya akan menghadapi
penolakan sosial, pengadilan, dan mungkin penjara atau bahkan kematian, yang
kesemuanya adalah konsekuensi aversive. Hasilnya, muncul beberapa perilaku yang
menghubungkan kedua conditioned negative reinforcer tadi. Perilaku
tersebut akan menguat dan dipertahankan, karena pada umumnya seorang tentara
tidak dikenakan tanggung jawab ketika dirinya mengalami kelumpuhan sehingga
dirinya tidak akan dihukum.
Lalu bagaimana kita menyembuhkan tentara tersebut?
Secara teoritis, jika da dikembalkan ke medan perang (conditioned renforcer)
dengan tidak terluka lagi (unconditioned reinforcer), respon
terkondisinya (kelumpuhan) akan hilang. Namun demikian, si tentara tentunya
tidak akan mau kembali ke medan perang secara sukarela. Kita dapat mendorong
dia untuk kembali dan berharap bahwa berada dalam situasi aversive tanpa
konsekunsi aversive yang dialami sebelumnya akan menghilangkan respon dia
terhadap kelumpuhan. Prosedur ini disebut dengan flooding, yang
dilakukan dengan cara mendorong pasien ke dalam situasi anxiety-arousing
dan menghadapinya, hingga dirinya sadar bencana yang diharapkan muncul tidak
akan terjadi.
METODE PENELITIAN DAN PENEKANAN
Penelitian Skinner menyimpang dari norma penelitian
psikologi kontemporer dengan beberapa cara: Pertama, Skinner terfokus pada
event perilaku yang paling sederhana. Kedua, dia bersikeras bahwa kondisi
eksperimen dikontrol dan respon subjek direkam secara otomatis. Dan ketiga, dia
membuat studi intensif pada satu subjek individu daripada meneliti sebuah
kelompok. Bagi Skinner, tujuan psikolog adalah untuk mengontrol perilaku
individu. Peneliti yang bekerja dengan sejumlah besar binatang perlu
memperhatikan variabel tak terkontrolnya sepanjang hal ini tersebar secara
acak. Namun Skinner percaya bahwa seperti halnya variabel lain, variabel tak
terkontrol juga harus dipelajari. Jika kita ingin mengontrol perilaku, kita
juga harus mngetahui variabel apa sajakah yang tidak terkontrol tersebut agar
dapat dikontrol juga.
EFEK OBAT DALAM TINGKAH LAKU
Metodologi Skinner dan Kotak Skinner telah
dibuktikan sebagai alat untuk mempelajari efek perilaku terhadap berbagai macam
agen farmatologi. Satu obat yang telah diselidiki secara ekstensif dengan
metode Skinnerian adalah chlorpromazine, yaitu agent anti-kecemasan yang
digunakan dalam penanganan psikosis. Dari hasil penelitian terhadap tikus
didapat bahwa obat ini mengurangi rasa takut (fear), dan kemudian telah
diasumsikan bahwa obat ini juga memiliki efek bila diberikan pada penderita
schizophren. Obat ini juga berfungsi sebagai depresan, yang mereduksi semua
bentuk respon, tidak hanya respon pada ketakutan.
INTERVENSI TINGKAH LAKU PADA PASIEN PSIKIATRIK
Pada awal 60-an, Ayllon dan Azrin (1965, 1968)
mengembangkan sebuah metode yang disebut dengan token economy, yaitu
sebuah teknik berdasarkan prinsip-prinsip pengkondisian operan. Token ekonomi
didesain bagi pasien penyakit mental agar menghasilkan perilaku yang
diinginkan. Conditioned reinforcer dalam bentuk token diberikan pada
pasien yang memunculkan respon yang diinginkan seperti memakai baju sendiri,
makan tanpa bantuan, atau menyelesakan tugas secara baik. Token-token ini
nantinya dapat ditukar untuk mendapatkan primary reinforcer, yaitu
sesuatu yang diinginkan dan dinikmati orang lain seperti: baju baru, interaksi
sosial, kosmetik, menonton film, dll.
Token ekonomi telah digunakan dalam berbagai macam
situasi, seperti penanganan anak autis, orang yang mengalami perkembangan tidak
normal, bahkan pada orang normal sekalipun. Teknik ini telah dibuktikan sukses
dalam menghasilkan bentuk perilaku yang diinginkan.
EVALUASI
Pendekatan Skinner telah diaplikasikan dalam
berbagai masalah-masalah praktis, seperti dalam pendidikan, industri, profesi,
dan pelatihan binatang. Asumsi Skinner tentang ”lawfulness” tidak sejalan dalam
psikologi. Namun jadwal penguatan yang dia ajukan merupakan temuan penting bagi
teori belajar dan peneliti kepribadian.
Karena Skinner menolak untuk menyimpulkan mekanisme
atau proses yang tidak terobservasi, dia mengalami kesulitan dalam
menggambarkan situasi di luar laboratorium. Para psikolog holistik merasa bahwa
pendekatan Skinner mengabaikan kompleksitas perilaku makhluk hidup. Kritik lain
mengatakan bahwa situasi sederhana yang diteliti Skinner tidak akan terjadi di
luar laboratoriumnya. Selain itu, ada kritik yang merasa keberatan dengan hukum
perilaku yang pada akhirnya tidak melihat perbedaan spesies secara terpisah.