TUGAS
SOFTSKILL
PSIKOLOGI
MANAJEMEN
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Disusun Oleh :
3 PA 06
·
Dienning Oktishinta
15509040
·
Faradina
Lestari W P 12511691
·
Ines
Herryanti
13511629
·
Khaulah Fauzia Hasan
13511974
Depok
DESEMBER
2013
I.
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEKUASAAN
1. Definisi
Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang
didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut
sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan
melebihi kewenangan yang diperoleh
atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang
atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002)
atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Dalam
pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja,
kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang
kekuasaan tersebut. Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan
untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan
memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat
dan cara yg tersedia. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah
dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagau subjek sekaligus objek dari
kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi
juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan).
Menurut Miriam Budiardjo kekuasaan adalah
kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa, hingga tingkah laku itu sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.
Ossip Flechtheim menyatakan kekuasaan adalah
keseluruhan dari kemampuan, hubungan-hubungan dan proses-proses yang
menghasilkan ketaatan dari pihak lain, untuk tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh
pemegang kekuasaan.
Menurut
Max Weber
kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan
masyarakat akan kemauan-kemauan sendiri dengan sekaligus menerapkannya terhadap
tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.
2. Sumber-Sumber
Kekuasaan
Kartini Kartono (1994) mengungkapkan bahwa
sumber kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari:
·
Kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain
·
Sifat dan sikapnya yang unggul, sehingga
mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
·
Memiliki informasi, pengetahuan, dan
pengalaman yang luas
·
Memiliki kemahiran human relation yang
baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
Sumber-sumber kekuasaan juga dapat dibagi menjadi 2:
a.
Sumber kekuasaan antar individu
(interpersonal sources of power).
·
Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada posisi
individual dalam suatu organisasi.
·
Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal dari karakteristik
unik yang dimiliki seorang individu.
b.
Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power). Kekuasaan
ini juga dikenal dengan istilah inter-group
atau inter-departmental power yang
merupakan sumber kekuasaan kelompok.
Ada
pun sumber kekuasaan itu sendiri ada 3 macam,yaitu:
a.
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
1.)
Kekuasaan
formal atau Legal (French & Raven 1959), Contohnya komandan tentara, kepala
dinas, presiden atau perdana menteri.
Kendali
atas sumber dan ganjaran (French & Raven 1959), Majikan yang menggaji
karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku atau
kepala kantor yang dapat memberi ganjaran kepada anggota atau bawahannya.
2.)
Kendali
atas hukum (French & Raven 1959), Kepemimpinan yang didasarkan pada
rasa takut. Contohnya perman-preman yang memunguti pajak dari pemilik toko.
Para pemilik toko mau saja menuruti kehendak para preman itu karena takut
mendapat perlakuan kasar. Demikian pula anak kelas satu SMP yang takut pada
senior kelas3 yang galak dan suka memukul sehingga kehendak seniornya itu
selalu dituruti.
3.)
Kendali
atas informasi (Pettigrew, 1972), Siapa yang menguasai informasi
dapat menjadi pemimpin. Contohnya orang yang paling tahu jalan diantara
serombongan pendaki gunung yang tersesat akan menjadi seorang pemimpin. Ulama
akan menjadi pemimpin dalam agama. Ilmuan menjadi pemimpin dalam ilmu
pengetahuan.
4.)
Kendali
ekologik (lingkungan),
Sumber
kekuasaan ini dinamakan juga perekayasaan situasi.
·
Kendali atas penempatan jabatan: Seorang atasan atau manager
mempunyai kekuasaan atas bawahannya karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.
·
Kendali atas tata
lingkungan: Kepala
dinas tata kota berhak memberi izin bangunan. Orang-orang ini menjadi
pemimpin karena kendalinya atas penataan lingkungan.
b.
Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
1.)
Keahlian
atau keterampilan (French & Raven 1959), Contohnya pasien-pasien di rumah
sakit menganggap dokter sebagai pemimpin karena dokterlah yang dianggap sebagai
ahli untuk menyembuhkan penyakitnya.
2.)
Persahabatan
atau kesetiaan (French & Raven 1959), Sifat dapat bergaul, setia kawan
atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang
dianggap sebagai pemimpin. Contohnya pemimpin yayasan panti asuhan dipilih
karena memiliki sifat seperti Ibu Theresa.
3.) Karisma (House,1977), Ciri kepribadian yang menyebabkan
timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber
kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
c.
Kekuasaan yang bersumber pada politik
1.)
Kendali
atas proses pembuatan keputusan (Preffer &
Salanick, 1974), Ketua
menentukan apakah suatu keputusan akan di buat dan dilaksanakan atau tidak.
2.)
Koalisi
(stevenson, pearce & porter 1985), Ditentukan hak dan wewenang untuk membuat kerjasama
dalam kelompok.
3.)
Partisipasi
(Preffer, 1981), Pempimpin
yang mengatur pastisipasi dari masing-masing anggotanya.
4.)
Institusionalisasi, Pempimpin agama menikahkan suami
istri. Notaris atau hakim menentapkan berdirinya suatu perusahaan.
B. STRESS
1. Definisi
Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari
fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja
keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa
sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Menurut Robbins (2001) stress juga
dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang
dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut
terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan
dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari
dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja
mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson
(1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan
segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress
berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa
tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa
stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya
ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997),
stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir
dan kondisi seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungannya.
Stress menurut Hans Selye 1976
merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan
atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress
apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut
tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon
dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat
mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan
psikologis.
2. Sumber-Sumber
Stress
Terdapat
beberapa sumber-sumber stress yang dapat mengganggu kesehatan psikis manusia.
Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) kondisi fisik, lingkungan
dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor.
Stressor dapat berwujud dan berbentuk fisik, seperti polusi udara dan dapat
juga berkaitan dengan lingkungan sosial. Pikiran ataupun perasaan individu
sendiri yang dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi
dapat juga menjadi stressor.
Lazarus
& Cohen (1984) mengklasifikasikan stressor kedalam tiga kategori, yaitu:
a.
Catacysmic
Event
Fenomena besar atau tiba–tiba
terjadi, seperti kejadian–kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang
seperti bencana alam.
b.
Personal
Stressor
Kejadian–kejadian penting
mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti kritis
keluarga.
c.
Background
stressor
Pertikaian atau permasalahan yang
bisa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas
pekerjaan.
Sarafino
(1998) membagi empat jenis
sumber stres yang dapat terjadi pada kehidupan individu:
a.
Sumber yang berasal dari individu
Ada dua cara
stres berasal dari individu. Pertama adalah melalui adanya penyakit. Penyakit
yang diderita individu menyebabkan tekanan biologis dan psikologis sehingga
menimbulkan stres. Sejauh mana tingkat stres yang dialami individu dengan
penyakitnya dipengaruhi faktor usia dan keparahan penyakit yang dialaminya.
Cara kedua adalah melalui terjadinya konflik. Konflik
merupakan sumber yang paling utama. Didalam konflik individu memiliki dua
kecenderungan yang berlawanan : menjauh dan mendekat.
Individu
harus memiliki dua atau lebih alternatif pilihan yang masing–masing memiliki kelebihan
dan kekurangannya sendiri. Keadaan seperti ini banyak dijumpai saat individu
dihadapkan pada keputusan–keputusan mengenai kesehatannya.
b.
Sumber yang berasal dari keluarga
Stres dalam
keluarga dihasilkan melalui adanya perilaku, kebutuhan–kebutuhan dan
kepribadian dari masing–masing anggota keluarga yang berdampak kepada anggota
keluarga lainnya. Konflik interpersonal ini dapat timbul dari adanya masalah
finansial, perilaku yang tidak sesuai, melalui adanya tujuan yang berbeda antar
anggota keluarga, bertambahnya anggota keluarga perceraian orang tua, penyakit
dan kecacatan yang dialami anggota keluarga dan kematian anggota keluarga.
c.
Sumber stres yang berasal dari komunitas dan masyarakat
Adanya
hubungan manusia dengan lingkungan luar menyebabkan banyak kemungkinan
munculnya sumber – sumber stres. Misalnya: stres yang dirasakan anak sekolah
akibat adanya kompetisi – kompetisi dalam hal seperti olah raga.
Di sisi
lain, stres yang dialami oleh orang dewasa banyak diperoleh melalui
pekerjaannya dan berbagai situasi lingkungan. Stres yang diperoleh melalui
pekerjaan contohnya dikarenakan : diluar sisi kerja, kontrol yang rendah
terhadap pekerjaan yang diemban, kurangnya hubungan interpersonal dengan sesama
rekan kerja, promosi jabatan, kehilangan pekerjaan lainnya. Stres yang
diperoleh dari lingkungan juga dapat diakibatkan oleh lingkungan yang berisik
dan padat serta lingkungan yang tercemar (Sarafino, 1998)
d.
Life –
Change Events
Stres juga
berasal dari Life – Change Events
yaitu peristiwa – peristiwa yang membawa perubahan dalam kehidupan manusia dan
diperlukan adaptasi terhadapnya. Homes & Rahe (dalam Matteo,1991) melakukan
suatu penelitian yang dimulai dari adanya hipotesis bahwa tingkat stres yang
dialami individu dapat dilihat dari sejumlah perubahan hidup yang sedang
dialami.
3. Pendekatam
Stress
3 Pendekatan pada stres menurut
Sarafino (1994) adalah :
a. Stimulus
Keadaan/situasi
dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan yang menghasilkan
perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang menganut
pendekatan ini mengkategorikan stressor menjadi tiga :
·
Keadaan kronis, contoh hidup dalam keadaan suasana
yang bising
·
Peristiwa hidup yang penting, contoh : kehilangan
seseorang yang disayangi
·
Peristiwa katastropik, contoh : gempa bumi
b. Respon
Respon
adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Terdapat dua komponen yang saling
berhubungan, komponen Fisiologis dan komponen Psikologis. Dimana kedua espon
tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
·
Komponen Fisiologis, misalnya detak jantung, sakit
perut, keringat
·
Komponen psikologis, misalnya pola berfikir dan emosi
c. Proses
Stres
sebagai suatu proses terdiri dari stresor dan strain ditambah dengan satu
dimensi yang peting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini
melibatkan interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu yang disebut juga
dengan istilah transaksi antara manusia dengan lingkungan, yang didalamnya
termasuk perasaan yang dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.
Menurut Cox
(dalam Crider dkk, 1983) terdapat dua model
pendekatan stres, yaitu :
a. Response-based
model
Stres model ini mengacu sebagai
sekelompok gangguan kejiwaan dan respon psikis yang timbul pada situasi sulit.
b. Stimulus-based
model
Model ini memusatkan perhatian pada
sifat-sifat stimuli stres. 3 karakteristik penting dari stimuli stres adalah
sebagai berikut :
·
Overload
·
Conflict
·
Uncontrollability
Suprihanto dkk (2003) mengatakan
bahwa, ada dua
pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
a.
Pendekatan Individual
Seorang
karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang
bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik,
latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka
seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan
kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh
agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain
itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan
kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres
adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat
memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
b.
Pendekatan Organisasional
Beberapa
penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi
yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu dapat
diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh manajemen
untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan penempatan,
penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,
komunikasi organisasional, dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut
akan menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya
dan mereka bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental.
Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi strategi
penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati, 1999):
1.)
Strategi Penanganan Individual
Yaitu strategi yang dikembangkan secara
pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain:
·
Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan
reaksi kogtiitif.
Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.
Artinya, jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan tersebut seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam, seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat (jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.
·
Melakukan reiaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi
dan medilasi ini bisa dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur
kerja. Dengan melakukan relaksasi, karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks
dan nyaman. Dengan demikian karyawan yang melakukan relaksasi diharapkan dapat
mentransfer kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan
di mana mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa
dilakukan adalah dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan pikiran yang
mengganggu, kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.
·
Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara yang bisa
ditempuh adalah mengurangi masukan atau konsumsi garam dan makanan mengandung
lemak, memperbanyak konsumsi makanan yang bervitamin seperti buah-buahan dan
sayur-sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tenis,
bulu tangkis, dan sebagainya (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999).
2.)
Strategi-strategi Penanganan Organisasional.
Strategi ini didesain oleh manajemen
untuk menghilangkan atau mengontrol penekan tingkat organisasional untuk
mencegah atau mengurangi stres kerja untuk pekerja individual. Manajemen stres
melalui organisasi dapat dilakukan dengan :
·
Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
·
Memperkaya desain
tugas-tugas dengan memperkaya kerja baik
·
Mengurangi konflik dan
mengklarifikasi peran organisasional
·
Rencana dan pengembangan
jalur karir dan menyediakan konseling
3.)
Strategi Dukungan Sosial.
Untuk
mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial terutama orang yang
terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar
diperoleh dukungan maksimal, dibutuhkan komunikasi yang baik pada semua pihak,
sehingga dukungan sosial dapat diperoleh seperti dikatakan Landy.
Karyawan
dapat mengajak berbicara orang lain tentang masalah yang dihadapi, atau
sctldaknya ada tempat mengadu atas keluh kesahnya
II.
TULISAN
A. Kisah
Stress Pribadi
Stress Saat Masa-masa Sekolah Menengah Atas (SMA)
Ketika saya duduk dibangku Sekolah, saat
itu kelas 1 SMA atau bisa dibilang kelas X di SMA. Kelas X merupakan masa-masa
remaja yang menyenangkan, karena saat itu saya tidak pernah memikirkan akan
nilai ujian di Sekolah. Saya sering main setelah pulang Sekolah dengan teman-teman
saya.
Sekolah yang jauh dari Rumah, mungkin
menyebabkan saya sering main saat pulang Sekolah. Letak Sekolah saya di Jakarta
Pusat, sedangkan Rumah saya berada di daerah Cibubur. Dengan jadwal jam masuk
Sekolah saat itu adalah pukul 06.30 WIB yang benar-benar saya sangat tidak
setuju ketika itu, menyebabkan saya harus spare
waktu antara bangun pagi dan berangkat ke Sekolah harus on time. Perjalanan dari Rumah menuju Sekolah akan menyita waktu
sekitar 1 jam 15 menit apabila tidak kena macet.
Kondisi jalanan di Jakarta yang tidak
dapat diprediksi benar-benar membuat saya stress
ketika tiba-tiba dijalan ada kecelakaan, ban bocor dan hal-hal yang tidak
dapat diprediksi membuat macet selama perjalanan. Saya harus berangkat pagi
tepat pukul 05.15 WIB. Ketika itu saya pernah telat bangun, sehingga
menyebabkan saya datang terlambat ke Sekolah. Selama perjalanan ke Sekolah saat
diboncengi ayah saya, saya hampir nangis karena takut di dimarahi oleh guru.
Pertama kalinya telat ketika itu,
alhasil setelah mengalami stress dan
panik yang berlebihan akan terlambat ke Sekolah, saat sesampainya di Sekolah
saya dihukum oleh guru piket. Saya disuruh berlari memutari lapangan sebanyak 3
kali. Setelah berlari keliling lapangan saya harus melepas sepatu saya yang
sebelah selama jam pelajaran berlangsung sampai pulang sekolah baru sepatu saya
dapat diambil.
Lalu selama 3 tahun saya Sekolah, saya
sering terlambat karena perjalanan di Jakarta yang tidak dapat diprediksi.
Pengalaman pertama terlambat ke Sekolah merupakan hal yang membuat saya stress, setelah itu keesokan harinya
saya sudah biasa saja ketika terlambat, mungkin karena sudah biasa.
Ada lagi hal yang membuat saya stress, ketika itu saya duduk di bangku
kelas 2 SMA atau kelas XI di SMA. Masa ini merupakan masa-masa yang paling usil
menurut saya, karena saat itu saya pernah ngejailin atau ngusilin teman sekelas
saya. Teman saya ini sangat tidak disukai di Kelas. Akhirnya saya pernah
membuat teman saya ini menangis dan tidak dia tidak mau masuk Sekolah sampai
seminggu.
Ketika itu saya mengusili dia dengan
pernah menyiram roknya di kamar mandi, saat itu saya bilangnya tidak sengaja
dengan dia, lalu saya pernah ngumpetin sepatunya di tempat sampah sehingga dia
kebingungan mencari sepatunya dimana dan hampir menangis. Ketika dia tahu saya
yang ngumpetin, keesokan harinya dia tidak ingin masuk Sekolah.
Dua hari kemudian, ibunya datang ke
Sekolah dan menceritakan ke wali kelas saya dan meminta sahabat dekat saya
untuk mejenguk teman saya yang dikerjain itu. Siang harinya setelah pulang
Sekolah saya menjenguk dia ke Rumahnya. Selama perjalanan ke Rumahnya, saya
sangat stress, karena dalam pikiran
saya “apakah sesampainya di Rumah teman saya itu, saya di omelin ibunya atau
tidak”. Sampai-sampai saya suka tidak mendengar teman saya ketika memanggil dan
saya suka tidak nyambung atau connect saat
diajak berbicara selama perjalan ke Rumah teman saya yang di bully.
Alhasil ketika sampai di Rumahnya
ternyata ibunya sangat ramah dan welcome kepada
saya dan sahabat saya. Setelah ibunya menyambut saya dengan hangat, rasanya
hati ini lega sekali dan sayapun meminta maaf kepada teman saya.
Keesokan harinya saya dipanggil oleh
guru BK (bimbingan konseling) di Sekolah, saat dipanggil inilah membuat saya stress dan cemas. Saya diancam akan diskorsing
dan dipanggil orangtuanya apabila saya tidak mau berteman dengan dia dan tidak
mau meminta maaf di depan kelas, di depan teman-teman saya kepada dia. Dari
pada saya diskorsing dan dipanggil orangtua, lebih baik saya meminta maaf
didepan teman-teman saya walaupun rasanya malu.
Ada lagi cerita saat saya berada di
kelas 3 SMA atau kelas XII di SMA. Masa-masa ini merupakan masanya fokus untuk
belajar karena akan menghadapi ujian nasional. Ketika itu saya tidak terlalu
memperdulikan nilai-nilai ujian tengah semester dan nilai ujian akhir sekolah.
Saya sering main setelah pulang Sekolah.
Setelah main dan sesampainya di Rumah membuat badan saya terasa lelah sehingga
saya jarang sekali belajar, saya belajar apabila ada PR saja. Saat semester
pertama, diadakanlah ujian tengah semester. Saat ujian saya memang agak merasa
kesulitan mengerjakan soal-soal ujian tersebut. Alhasil ketika pengambilan raport bayangan, ada 6 nilai saya
dibawah 6 sehingga keenam nilai tersebut mendapatkan nilai merah.
Hal ini membuat saya stress dan menangis. Saya takut
sesampainya di Rumah akan diomelin atau dimarahin habis-habisan oleh ibu saya
dan takut tidak lulus ujian. Selama sebulan lebih saya memikirkan bagaimana
nasib nilai saya nantinya. Apakah saya bisa lulus SMA dengan 6 nilai yang
merah. Mungkin hanya saya, siswi yang mendapatkan nilai merah sebanyak 6.
Masa
SMA memang menyenangkan tapi begitu banyak hal-hal yang membuat saya stress¸ panik, takut, khawatir, cemas,
dan lain-lain. Cerita diatas adalah sebagian dari cerita stress dan kepanikan, cemas, dan lain-lain saat berada masih
dibangku SMA.
B. Contoh
Kasus Stress di tempat kerja
‘Bunuh
Diri’ Massal di PT.FOXCONN China
Waktu
peristiwa : tahun 2010 di China
PT. FOXCONN merupakan perusahaan yang
memproduksi barang-barang eleketronik seperti, Apple, Nitendo, Sony dan HP.
Awal tahun 2010, dikejutkan dengan terjadinya bunuh diri yang dilakukan 18
orang pekerja. Bunuh diri massal
ini dilakukan dengan melompat dari atas puncak gedung perusahaan dengan 14
orang yang tewas.
Protes yang dilakukan pekerja pada bulan
Januari yakni dikarenakan manajer perusahaan memutuskan untuk menggeser sekitar
600 pekerja untuk lini produksi baru, membuat pembungkus computer Acer,
perusahaan asal Taiwan. “kami disuruh bekerja tanpa pelatihan apapun dan
dibayar sedikit demi sedikit” kata salah seorang pekerja memprotes yang tidak
meminta disebutkan namanya. “ jalur perakitan sangat cepat dan hanya satu hari
tangan kami semua telah lecet dan kulit ditangan kami menghitam, pabrik itu pun
sudah penuh debu dan tida ada yang bisa menahan” ujarnya menambahkan.
Beberapa laporan dari dalam pabrik
Foxconn telah menyarankan bahwa sementara perusahaan lebih maju daripada banyak
pesaingnya, dengan menggunakan gaya militer dan banyak para pekerja yang tidak
sanggup bertahan. Pabrik unggulan Foxconn di Longhua, sebanyak 5% dari pekerja
atau 24.000 orang pekerja berhenti.
“Karena kami tidak tahan, kami mogok”
kata pekerja itu. “ini bukan tentang uang, namun karena kami merasa tidak punya
pilihan. Pada awalnya, para manajer mengatakan siapa saja yang ingin berhenti
dapat bayaran satu bulan gaji sebagai kompensasi. Tapi kemudian mereka menarik
tawaran itu. Jadi kami pergi keatap dan mengancam bunuh diri massal”. Pekerja mengatakan bahwa
Foxconn awalnya menolak untuk bernegosiasi, tetapi bahwa para pekerja
diperlakukan cukup baik oleh polisi dan pasukan pemadam kebakaran. Para pekerja
akhirnya dibujuk turun setelah dua hari diatas pabrik berlantai tiga di Wuhan
oleh manajer Foxconn dan pejabat parta komunis China.
Seorang juru bicara Foxconn dikonfirmasi
tentang protes itu, dan mengatakan bahwa insiden itu “berhasil dan diselesaikan dengan damai setelah diskusi
antara pekerja, pejabat Foxconn lokal
dan perwakilan pemerintah daerah. Dia menambahkan bahwa 45 karyawan Foxconn telah
memilih untuk mengundurkan diri dan sisahnya telah kembali bekerja.
“kesejahteraan karyawan kami merupakan prioritas utama kami dan kami
berkomitmen untuk memastikan bahwa semua karyawan diperlakukan adil.” Katanya.
ULASAN
Kasus ini membahas mengenai aksi protes
buruh salah satu pabrik di China yaitu PT.FOXCONN. Aksi protes ini ditunjukkan
dengan melakukan bunuh diri massal
yakni melompat dari atas puncak gedung perusahaan yang mengakibatkan 14 orang tewas. Penyebab dari aksi
tersebut dikarenakan tidak diperlakukan adil oleh perusahaan. Hal serupa juga
akan dilakukan kembali ketika pihak perusahaan memutuskan untuk menggeser 600
orang pekerjanya ke dalam lini produksi baru. Para pekerja merasa tidak nyaman
karena mereka diperlakukan seperti halnya kerja rodi. Dengan fasilitas serta
kondisi lingkungan kerja yang buruk, para pekerja dituntut untuk dapat
meyelsaikan pekerjaan untuk memenuhi target pemesanan. Hampir 24000 pekerja
mengundurkan diri, namun dengan dampak seperti ini membuat perusahaan lebih memerhatikan
pekerjanya dan menjadikan pekerja sebagai prioritas utama.
Berdasarkan kasus diatas menggambarkan
dampak psikologis yang mendalam oleh para pekerja. Yakni stress atau bahkan
depresi dikarenakan ketidakpuasan mereka terhadap fasilitas serta lingkungan
kerja. Seperti halnya identifikasi mengenai stress yang dilakukan oleh Kreitner
dan Kinici (2004) yakni bahwa stres merupakan respon adaptif yang dipengaruhi
oleh karakteristik individual dan atau proses psikologis yaitu akibat dari
tindakan, situasi, atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan
atau psikologis terhadap seseorang. Sehingga menurunkan motivasi mereka dalam
bekerja, dan membuat mereka melakukan tindakan yang fatal seperti itu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi para buruh PT. Foxconn menjadi stress dan
melakukan hal nekat tersebut yaitu dikarenakan bertambahnya tanggung jawab
tanpa adanya penambahan upah atau gaji, sehingga mengakibatkan hubungan mereka
dengan atasan menjadi buruk (Palupi, 2003).
Selain itu juga dapat dikaitkan dengan
teori kebutuhan Masslow, para pekerja tidak dapat memenuhi kebutuhan hierarki
mereka, seperti halnya pengahargaan dan keamanan dalam bekerja. Pihak
perusahaan tidak memikirkan kesehatan bahkan keselamatan mereka dengan
lingkungan kerja yang baik. Sehingga membuat para pekerja merasa tidak
diperhatikan, mungkin mereka tidak sampai mengalami PHK namun perlakukan yang
mereka terima ditempat kerja tidaklah setimpal.
KESIMPULAN
Penyelesaiian
terhadap kasus ini ialah dengan merundingkan dan mendengarkan keluhan para
pekerja. Berdasarkan keluhan-keluhan tersebut maka perlu dilakukannya perbaikan
terutama pada lingkungan serta tata cara bekerja yang baik. Hal tersebut
dilakukan agar dapat memotivasi para pekerja dan membuat mereka merasa
diperhatikan dan diperdulikan oleh perusahaan. Berdasarkan pengertian motivasi
yaitu suatu kekuatan potensial yang ada didalam diri manusia yang dapat
dikembangkannya sendiri atau dapat dikembangkan dari sejumlah kekuatan dari
luar yang ada berkisar sekitar imbalan materi dan non materi yang dapat
mempengaruhi hasil kerjanya. Selain itu pula bagi pihak perusahaan yakni PT.
Foxconn itu sendiri harus memotivasi para karyawannya lainnya (selain parah
buruh) untuk dapat mengarahkan daya dan potensi mereka agar mau berkerjasama secara
produktif untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan yakni
memenuhi target produksi yang maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA